Proyek Dermaga Mantung-Bakit Dibangun Asal Jadi, Diduga Terafiliasi Nama Afuk Belinyu

BELINYU -Proyek pembangunan Pelabuhan Penyeberangan Mantung-Bakit di Belinyu, Kabupaten Bangka Provinsi Bangka Belitung, menjadi sorotan masyarakat.

Pasalnya, Proyek yang dikelola Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas III Babel dengan nilai Rp 23,1 miliar itu diduga dikerjakan “asal jadi” dan tidak memenuhi standar yang seharusnya.

Pembangunan yang rampung pada tahun 2024 ini menuai kritik tajam dari masyarakat sekitar. Pernyataan seorang warga kepada wartawan, Rabu (23/4/2025), seorang warga bernama Sa’i menyebutkan bahwa pengerjaan proyek ini tidak sesuai dengan harapan.

“Proyek ini terkesan asal jadi. Bahkan pengerjaannya molor beberapa bulan dari jadwal,” ungkap Sa’i. Ia menambahkan bahwa kontraktor proyek ini diduga terafiliasi dengan seorang pengusaha minyak ternama di Belinyu bernama Afuk.

Warga juga mengeluhkan kualitas material yang digunakan. Menurut mereka, material seperti besi dan pasir diimpor dari Tanjung Gudang, sedangkan batu gunung didatangkan dari Sungailiat. Bahkan, timbunan dermaga hanya dilapisi dengan paranet, bukan geotextile non-woven seperti yang tercantum dalam spesifikasi teknis.

“Kalau memang untuk Roro, kenapa hasil akhirnya seperti jembatan kecil yang mirip milik pengusaha Afuk di Gudang itu?” ujar Sa’i mempertanyakan kejelasan peruntukan pelabuhan tersebut.

Proyek ini diduga melanggar Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 2000 tentang Penyelenggaraan Jasa Konstruksi, khususnya terkait ketepatan biaya, mutu, dan waktu pengerjaan. Warga juga menilai bahwa lemahnya pengawasan menjadi penyebab utama buruknya kualitas pekerjaan.

“Proyek besar dengan anggaran miliaran ini menggunakan uang rakyat. Kalau hasilnya seperti ini, tentu masyarakat akan mempertanyakan transparansi dan akuntabilitas,” tegas seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Hingga berita ini diturunkan, upaya konfirmasi kepada Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat (BPTD) Kelas III Babel, Fitra, belum membuahkan hasil. Fitra tidak merespons panggilan telepon maupun pesan WhatsApp.

Demikian pula dengan Afuk, pengusaha yang disebut-sebut memiliki keterlibatan dalam proyek ini, belum memberikan klarifikasi atas dugaan yang disampaikan warga.

Proyek ini, yang seharusnya menjadi sarana penting bagi masyarakat Belinyu, kini malah menjadi kontroversi. Masyarakat berharap ada tindak lanjut tegas dari pihak berwenang untuk menyelidiki dugaan penyimpangan yang terjadi.

Redaksi: Tim Jobber

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *