Penderita kusta masyarakat Kecamatan Kangayan, (Doc.Foto Istimewa)
Suaranusantara.online
SUMENEP – BENCANA KESEHATAN sedang mengancam ribuan jiwa di Pulau Kangean, Kabupaten Sumenep, Madura.
Dalam investigasi mendalam yang mengejutkan, terungkap fakta mencengangkan, wabah kusta yang merajalela di kepulauan terpencil ini dibiarkan menyebar tanpa penanganan serius dari otoritas kesehatan setempat.
Lebih dari 1.000 orang diproyeksikan akan terinfeksi kusta pada 2025 jika pola penyebaran saat ini terus berlanjut. Namun yang lebih mengejutkan lagi adalah sikap Dinas Kesehatan (Dinkes) yang justru terkesan “menikmati” situasi darurat ini.
Kadinkes Sumenep, drg. Ellya Fardansah, M.Kes.
Dalam wawancara eksklusif yang menampar nurani, Kepala Dinas Kesehatan (Kadinkes) Sumenep, drg. Ellya Fardansah, M.Kes., mengejutkan publik dengan pernyataan kontroversialnya.
Di ruang kerjanya yang nyaman, pejabat ini dengan enteng menyatakan “merasa senang”, jika banyak ditemukan pasien kusta karena memudahkan pengobatan massal.
Komentar yang tidak berprikemanusian ini langsung memicu gelombang kekecewaan masyarakat Kangean. Bagaimana mungkin seorang pejabat kesehatan “bergembira”di tengah penderitaan rakyat yang dipercayakan kepadanya?
Kebohongan sistematis terungkap ketika tim investigasi mengonfirmasi janji-janji kosong yang dilontarkan pihak Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Dinkes.
Mereka berjanji di depan media akan segera melakukan screening terhadap keluarga pasien dan tetangga terdekat, namun tidak pernah menepati janjinya hingga detik ini.
Petugas penanggung jawab kusta Puskesmas Kangayan, Imran , dalam pengakuan yang membuka kedok sistem, mengaku hanya “menunggu perintah” dari Kepala Puskesmas.
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) senilai 600-750 juta rupiah per Puskesmas menguap tanpa jejak penggunaan yang jelas.
Hasil investigasi mengungkap kemana larinya anggaran besar itu?
Anggaran BOK yang mengalir setiap tahun dari Kementerian Kesehatan RI? Dengan dana sebesar itu, seharusnya tidak ada lagi alasan “minimnya operasional” untuk melakukan screening dan pengobatan.
Fakta di lapangan menunjukkan NOL BESAR program screening keluarga penderita, tidak ada sosialisasi intensif tentang bahaya kusta, minimnya ketersediaan obat di Puskesmas kepulauan, menunjukkan lemahnya koordinasi antar instansi kesehatan
Data mengerikan menunjukkan peningkatan penderita kusta mencapai 50 orang per tahun
di Kecamatan Kangayan. Jika tren ini berlanjut tanpa intervensi serius, lebih dari 1000 orang akan menjadi korban pada 2025.
Bencana kemanusiaan ini bukan sekadar angka statistik, melainkan nyawa manusia dengan keluarga yang menanti kesembuhan. Namun harapan itu pupus di tangan pejabat yang lebih memilih berpangku tangan.
Jeritan masyarakat Kangean mencerminkan kegagalan total sistem kesehatan daerah. Mereka merasa dibuang dan dibiarkan oleh pemerintah yang seharusnya melindungi mereka.
“Bagaimana bisa pejabat kesehatan merasa senang melihat penderitaan kami? Ini sungguh tidak berperikemanusiaan!” ujar salah seorang tokoh masyarakat Kangean yang tidak ingin disebutkan namanya karena khawatir mendapat tekanan, belum lama ini.
Bola kini ditangan Bupati Sumenep untuk mengambil tindakan tegas. Masyarakat tidak akan mentolerir lagi kelalaian berjamaah yang mengancam nyawa ribuan warga.
Bahaya lebih besar mengancam jika wabah ini menyebar ke pulau-pulau lain di Kepulauan Kangean atau bahkan ke daratan Madura. Mobilitas penduduk antar pulau yang tinggi membuat risiko penularan semakin nyata.
Inilah waktunya untuk bertindak sebelum bencana kesehatan ini menjadi tragedi nasional yang memalukan Indonesia di mata dunia.
Sementara Pulau Kangean terbengkalai daerah-daerah lain di Indonesia berhasil memberantas kusta dengan program yang sistematis dan berkelanjutan. Mengapa Sumenep berbeda, apakah karena lokasinya yang terpencil, sehingga masyarakatnya boleh dikorbankan?
Krisis kusta di Pulau Kangean bukan sekadar masalah kesehatan, melainkan kegagalan kepemimpinan dan penghianat terhadap amanah rakyat
Seluruh rakyat Indonesia harus bersuara menuntut keadilan untuk saudara-saudara kita di pulau terpencil yang dibuang oleh sistem.
Media ini akan terus mengungkap fakta-fakta mengejutkan lainnya tentang skandal kesehatan ini.
(GUSNO)








