Nostalgia Batu Kuya Bogor, Dijual ke Korea, Siapa Oknum yang Jual dan dapat Keuntungannya?

Suaranusantara.online

KABUPATEN BOGOR – Sebuah batu raksasa berbentuk kura-kura bertengger di sudut taman di Desa Yeoncheon. Sebuah desa wisata tanaman herbal (Herb Village) di tepi Sungai Imjin, Provinsi Gyeonggi Utara, Korea Selatan.

Para pengunjung tempat wisata ini sering berfoto di depannya, namun tak seorangpun tahu asal-usul batu tersebut.

Diameternya perlu sekitar 20 orang untuk melingkarinya, beratnya mencapai 72,5 ton dan hanya orang tertentu yang mampu menggapai puncak punggungnya dengan tangan.

Batu Kuya tersebut batu alami hasil alam dan atas kuasa sang pencipta yang harus dirawat, dijaga dan dilestarikan, bukan dijual oleh oknum tersebut.

Fuji Handriana, S.H, putra asli Sukajaya sekaligus sebagai Advokat, saat ditemui di kantornya, mempertanyakan siapa oknum yang menjual Batu Kuya tersebut dan siapa yang mendapat keuntungannya?, Jum’at (18/04/2025).

Siapa yang harus bertanggung jawab atas dijualnya batu kuya tersebut? Kemana pemerintahan Kecamatan Sukajaya, pemerintah desa dimana tempat batu kuya tersebut berada, Pemerintah Kabupaten Bogor dan para budayawan, pencinta alam lingkungan dan aparat penegak hukum.

Batu ini berasal dari hutan lindung Haur Benter, Desa Pasir Madang, Sukajaya, Kab. Bogor yang begitu heboh beritanya tahun 2008 hilang dari tempat aslinya, diangkut dengan truk tronton untuk “diekspor” ke negara Korea Selatan.

Nama batu inipun kini berubah, dulu dinamakan “Batu Kuya” kini disebut “Batu Geobuk Daejang” atau Batu Harapan.

Sebuah mitos lokal baru diciptakan, ”barangsiapa yang mampu menggapai punggungnya akan terkabul harapan dan keinginannya”.

Dari pemberitaan media Korea Selatan tahun 2013, adalah Yong Kwon Kim seorang konglomerat dari Korea Selatan, CEO dari Cheonggok Dopulwon sebuah perusahaan landskap yang dalam wawancaranya, menuliskan sang CEO “berhasil” membawa batu seberat 72 ton ini dari Indonesia ke tempatnya kini.

Lokasi tersebut adalah sebuah taman. Bagian dari sebuah Desa Wisata Herbal yang memiliki luas 17.000m2 dengan berbagai koleksi tanaman dan batu-batu unik termasuk Batu Kuya dari Kab. Bogor ini.

“Saat pertama kali melihat batu ini di Indonesia, saya terkesima. Itu adalah karya seni sejati yang diciptakan oleh alam. Saya bertekad untuk membawanya ke Korea dan bahkan memperoleh izin resmi. Tetapi, ketika pekerjaan pengangkatan itu hampir selesai, TV dan surat kabar lokal Indonesia membuat berita besar tentangnya dan mencegah saya mengambilnya. Saya membujuk penduduk setempat, membersihkan lapangan sepak bola, dan bahkan merenovasi masjid. Setelah banyak kesulitan, saya akhirnya membawanya kembali. Butuh waktu empat tahun penuh,” Yong Kwon Kim.

Pada tahun 2015 taman ini berpindah kepemilikan dalam sebuah lelang, kini dikelola oleh sebuah perusahaan bernama Mario Outlet. Yang sudah terjadi ya sudahlah, semoga Batu Kuya tetap terawat. (Red)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *