Menilik Fenomena Hubungan Parasosial Penggemar KPOP Dibalik Layar Media Sosial

SuaraNusantara.online – Perkembangan zaman yang terus maju telah membawa dampak signifikan dalam bentuk globalisasi, yang memungkinkan dunia terhubung tanpa dibatasi oleh faktor geografis. Proses globalisasi ini didorong oleh modernisasi dan teknologi yang terus berkembang, menciptakan alternatif-alternatif baru yang mempermudah kehidupan manusia. Salah satu hasilnya adalah konektivitas masyarakat di seluruh dunia melalui internet, bahkan jika mereka berada di tempat yang sangat jauh. Proses globalisasi dan modernisasi ini juga membawa munculnya budaya-budaya baru, baik yang murni terbentuk sejak dimulainya proses ini, maupun yang diadopsi dari tempat lain dengan bantuan globalisasi dan modernisasi.

Salah satu budaya yang muncul sebagai hasil dari proses globalisasi dan modernisasi adalah budaya penggemar atau fandom. Globalisasi memfasilitasi penyebaran budaya populer di seluruh dunia dan meningkatkan konektivitas antara penggemar dari berbagai negara. Hal ini mempengaruhi budaya fan dengan memungkinkan interaksi, pertukaran ide, dan berbagi minat, informasi, serta karya-karya terkait melalui media sosial dan internet. Budaya penggemar, yang sering kali diidentikkan dengan istilah “fandom”, menciptakan komunitas yang dibangun oleh sekelompok penggemar. Istilah “fan” juga erat kaitannya dengan fanatisme, yaitu keyakinan yang berlebihan terhadap suatu objek yang dikaitkan dengan sikap yang ekstrem. Fanatisme ini ditunjukkan melalui aktivitas, antusiasme yang luar biasa, keterikatan emosional, dan cinta serta minat yang berlebihan yang berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Budaya fandom ini kemudian semakin populer dengan adanya internet yang memfasilitasi ekspresi penggemar dan memperkuat hubungan emosional antara penggemar dan idola. Di dunia Kpop, di mana jumlah penggemar mencapai jutaan, aktivitas penggemar dapat mencakup penciptaan makna, berbagi makna, dan membangun pengetahuan. Salah satu fenomena yang muncul terkait Kpop dan budaya penggemar adalah hubungan parasosial. Melalui media sosial, hubungan parasosial terbentuk antara idola dan penggemar, meskipun bersifat satu arah dan dikendalikan oleh idola. Hubungan parasosial ini ditandai oleh interaksi yang bersifat satu arah, tidak dialektis, dikendalikan oleh idola, dan tidak rentan terhadap perkembangan yang saling menguntungkan.

Eksistensi hubungan parasosial antara penggemar Kpop dan idola mereka terus berlanjut dan semakin kuat dalam masa sekarang. Penggemar Kpop menunjukkan keterlibatan yang mendalam dan loyalitas yang tinggi terhadap idola mereka melalui berbagai interaksi di media sosial, seperti mengikuti akun resmi, memberikan dukungan, mengomentari konten, dan mengikuti kegiatan idola secara aktif. Fenomena ini semakin diperkuat dengan adanya fan meeting, konser, dan pertemuan langsung dengan idola yang memperkuat ikatan emosional antara penggemar dan idola. Para penggemar juga secara aktif berpartisipasi dalam kegiatan penggemar yang dirancang oleh agensi dan kelompok Kpop, seperti voting, streaming, dan pembelian album, untuk mendukung kesuksesan idola mereka.

Penyebab eksistensi hubungan parasosial antara penggemar Kpop dan idola mereka dapat ditemukan dalam pengalaman pribadi para penggemar tersebut. Penggemar merasa terhubung secara emosional dengan idola melalui musik, penampilan panggung yang memukau, dan pesan-pesan dalam lirik lagu. Mereka juga mencari perhatian dan pengakuan dari idola, yang meningkatkan ikatan emosional. Pengalaman penggemar dalam mengatasi tantangan kehidupan sehari-hari dan menemukan inspirasi serta dukungan dalam idola, juga memperkuat hubungan parasosial. Dalam dunia Kpop yang penuh pesona, talenta, dan karisma, penggemar menemukan pelarian dan konektivitas emosional yang membantu mereka merasa ‘hidup’.

Hubungan parasosial dalam kehidupan penggemar Kpop memiliki dampak yang signifikan, baik dari segi perilaku maupun psikologis. Perilaku penggemar dapat dipengaruhi oleh hubungan parasosial ini, di mana mereka mungkin menghabiskan banyak waktu dan energi untuk mendukung idola mereka. Mereka dapat terlibat dalam aktivitas seperti mengikuti jadwal promosi idola, menghadiri konser, atau berpartisipasi dalam proyek penggemar. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dalam rutinitas harian dan prioritas hidup penggemar, bahkan mungkin mengganggu kehidupan pribadi mereka.

Secara psikologis, hubungan parasosial juga memiliki dampak yang signifikan pada penggemar Kpop. Penggemar seringkali mengembangkan perasaan keterikatan emosional yang kuat terhadap idola mereka, yang dapat menciptakan kebahagiaan dan kegembiraan saat mengonsumsi konten terkait idola. Namun, sebaliknya, ketika penggemar menghadapi kekecewaan atau ketidakpuasan terhadap idola mereka, ini juga dapat menimbulkan perasaan sedih, frustrasi, atau bahkan depresi. Penggemar mungkin merasa terluka secara emosional ketika idola mereka mengalami masalah atau meninggalkan industri hiburan, mengingat ikatan yang mereka bangun melalui hubungan parasosial.

Hubungan Parasosial sebenarnya dapat dilihat sebagai bentuk ekspresi penggemar yang positif dan kesempatan untuk mengembangkan kreativitas. Melalui hubungan parasosial, penggemar dapat mengekspresikan rasa keterikatan dan antusiasme mereka terhadap idola mereka dengan berbagai cara, seperti menciptakan fan art, menulis fanfiction, atau melakukan cover dance. Aktivitas-aktivitas ini tidak hanya memperlihatkan dedikasi dan cinta mereka terhadap idola, tetapi juga merupakan wujud kreativitas mereka yang unik. Selain itu, hubungan parasosial juga menciptakan ruang untuk berbagi minat dan ide di antara penggemar, membentuk komunitas yang kuat dan saling mendukung. Melalui interaksi ini, penggemar dapat mengembangkan keterampilan sosial dan merasa termotivasi untuk terus berkarya.

Dalam menghadapi dampak hubungan parasosial dalam komunitas penggemar Kpop, terdapat beberapa saran yang dapat diterapkan. Pertama, penting untuk menjaga keseimbangan antara kehidupan nyata dan hubungan dengan idola, dengan kesadaran akan batasan. Kedua, pengelolaan emosi yang baik dan pemahaman bahwa idola adalah individu dengan kehidupan pribadi. Ketiga, mencari dukungan sosial dari keluarga, teman, dan komunitas penggemar yang sehat. Terakhir, pentingnya edukasi dan pemahaman yang disampaikan oleh agensi dan kelompok Kpop dalam menjaga kesehatan mental penggemar. Dengan menerapkan saran-saran ini, penggemar dapat menjaga hubungan parasosial secara sehat dan bermanfaat bagi kehidupan mereka.

(**/red)

Nama Penulis: Gladness Queen Sumber:
Asfira, R., & Rinata, R. R. (2019). Fanatisme penggemar KPOP dalam bermedia sosial di Instagram. Interaksi: Jurnal Ilmu Komunikasi, 8(2), 14.
Eliani, J., Yuniardi, M., & Masturah, A. (2018). Fanatisme dan perilaku agresif
verbal di media sosial pada penggemar idola K-Pop. Psikohumaniora: Jurnal Penelitian
Psikologi, 3(1), 62.
Hills, M. (2003). Fan Cultures (1st ed.). Taylor and Francis. Retrieved from
https://www.perlego.com/book/1618132/fan-cultures-pdf
Horton, D., & Wohl, R. R. (1956). Mass communication and para-social interaction:
Observations on intimacy at a distance. Psychiatry, 19(3), 215-229.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *