Suaranusantara.online
BOLTIM, SULAWESI UTARA– Dalam dinamika penanggulangan bencana di Indonesia, peran aktif masyarakat kerap kali menjadi faktor penentu dalam mempercepat proses pemulihan.
Salah satu contoh nyata hadir dari Bolaang Mongondow Timur (Boltim), ketika seorang pemuda bernama Fahli Samola menunjukkan inisiatif luar biasa di tengah situasi darurat yang melanda wilayahnya.
Diketahui Fahli Samola adalah sosok calon Ketua Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Boltim periode mendatang yang diusung Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI) dan Gerakan Masyarakat Perangi Korupsi (GMPK) Kabupaten Bolaang Mongondow Timur serta masyarakat setempat.
Sekitar pukul 15.00, longsor menutup akses jalan utama menuju Desa Bai, memutus konektivitas vital antara desa dan wilayah sekitarnya. Di tengah keterbatasan dan belum bergeraknya respons formal dari instansi terkait.

Fahli warga Desa Tobongon mengambil langkah sigap. Dengan penuh kesadaran sosial, ia mengerahkan seluruh tenaga dan alat berat (eksavator) seperti yang tampak pada gambar dan secara cuma – cuma untuk membuka kembali jalur yang tertimbun material longsor.
Tindakan ini bukan sekadar respons terhadap situasi krisis, melainkan wujud nyata dari kepemimpinan partisipatif yang berakar pada nilai gotong royong dan kepedulian terhadap sesama.
Tanpa menunggu instruksi, tanpa mengharap imbalan, Fahli bergerak demi kepentingan bersama.
“Kami tidak bisa menunggu terlalu lama. Jalan ini adalah nadi kehidupan masyarakat. Ini tentang akses kesehatan, pendidikan dan ekonomi warga. Saya hanya berusaha membantu sebisa mungkin,” ujar Fahli dengan rendah hati saat diwawancarai di lokasi kejadian.
Dalam konteks kebencanaan, inisiatif seperti yang ditunjukkan oleh Fahli Samola sangat penting untuk diapresiasi dan didokumentasikan.
Ia merepresentasikan semangat pemuda Indonesia yang tidak hanya peduli, tetapi juga proaktif dalam menghadapi tantangan sosial kemasyarakatan.
Keberaniannya mengambil tanggung jawab sosial tanpa dorongan formal menunjukkan betapa peran individu dapat menjadi elemen kunci dalam memperkuat ketahanan komunitas.
Fenomena ini juga sejalan dengan semangat pembelajaran sosial dan kewarganegaraan aktif yang banyak didorong dalam kajian akademik dan kebijakan pembangunan partisipatif.
Fahli tidak hanya menunjukkan keberanian, tetapi juga kapasitas kepemimpinan yang tumbuh dari akar rumput, sebuah aset berharga dalam membangun ketangguhan masyarakat.
Semoga tindakan Fahli Samola menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya, bahwa kontribusi terhadap bangsa dan kemanusiaan tidak selalu dimulai dari kursi kekuasaan, tetapi bisa bermula dari empati yang tulus dan aksi nyata di tengah masyarakat.
(Rudolf Alwi Tubagus)








