Suaranusantara.online
SUMENEP – Gelombang pasang tinggi kembali menerjang dengan ganas, menenggelamkan tiga kampung sekaligus di Pulau Sabuntan, Kabupaten Sumenep, Selasa (27/5/2025).
Kampung Tabarat, Kampung Toroh, dan Kampung Tengah di Desa Sabuntan, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur, kini terendam air laut setinggi paha orang dewasa.
Ini bukan sekadar bencana alam, melainkan cerminan kelalaian pemerintah dalam menangani penderitaan tahunan warga.
Warga setempat melaporkan, bahwa ketinggian air saat ini belum mencapai puncaknya, mengancam ribuan jiwa yang tinggal di sana.
“Ini sudah berlangsung bertahun-tahun, setiap tahun sama saja. Tiga bulan penuh kami hidup dalam ketakutan dan penderitaan,” ungkap seorang warga yang trauma.
Bencana berulang ini adalah teriakan putus asa masyarakat yang telah diabaikan terlalu lama.
Kekecewaan mendalam terpancar dari suara warga yang muak dengan sikap acuh tak acuh pemerintah.
“Ini bukan hal baru lagi, terjadi di Pulau Sabuntan. Sayangnya, hal ini tidak ada perhatian, mungkin masih menunggu adanya korban,” kata salah seorang warga dengan nada pahit, mencerminkan frustrasi puluhan tahun.
Pernyataan ini bukan hanya keluhan, melainkan sindiran tajam terhadap pemerintah yang baru bertindak setelah ada korban jiwa.
Pulau Sabuntan, yang secara geografis berada di tengah laut lepas, menjadi korban kebijakan setengah hati.
Masyarakat hidup dalam ancaman konstan tanpa perlindungan infrastruktur yang memadai.
“Kami seperti dibiarkan tenggelam perlahan-lahan,” keluh seorang nelayan yang rumahnya terendam setiap tahun.
Aktivitas nelayan terhenti total, menghilangkan mata pencaharian utama warga.
Sekolah-sekolah sangat terganggu, mengancam pendidikan dan keselamatan anak-anak.
Warga terpaksa hidup di tengah genangan air kotor yang berpotensi menimbulkan wabah penyakit.
Trauma dan gangguan psikologis menghantui masyarakat, terutama anak-anak, yang hidup dalam ketidakpastian setiap tahun.
Hingga detik ini, tidak ada satu pun pejabat dari Pemerintah Kabupaten Sumenep yang memberikan respons resmi atau turun langsung ke lokasi bencana.
Sampai kapan warga Pulau Sabuntan harus hidup dalam ketakutan dan penderitaan tanpa perhatian serius dari pihak yang berwenang?
(GUSNO)