Suasana rapat di Aula Kantor Camat Hinai sebelum ricuh
Suaranusantara.online
LANGKAT – Ratusan petani padi di Kecamatan Hinai, Kabupaten Langkat, Provinsi Sumatera Utara setiap tahunnya mengeluh akibat gagal panen yang disebabkan tanaman padi mereka terendam banjir kiriman dari PT. Langkat Nusantara Kepong (LNK) dan PT. Buana Estate di Kecamatan Hinai ketika musim penghujan datang.
Karena, kantong-kantong daerah resapan air dan rawa-rawa di kawasan PT. LNK telah dijadikan lahan tanaman kelapa sawit. Padahal, lahan resapan air itu sewaktu perkebunan masih dikelola PTPN II dibiarkan untuk menanggulangi bencana banjir yang berdampak terhadap lahan persawahan tanaman padi. Namun, setelah kawasan resapan air itu dirubah untuk lahan tanaman sawit, PT. LNK membuat saluran pembuangan banjir ke sungai, air banjir dari lahan PT. LNK membludak di sungai, air sungai meluap ke lahan persawahan petani.
“Begitu juga dengan PT. Buana Estate yang menutup kawasan banjir dari lahan PT. LNK, menambah derita bagi petani di Kecamatan Hinai,” sebut kalangan petani Hinai, Kamis (23/1/2025).
Menanggapi hal tersebut, Ketua Prabowo Mania 08 (PM08) Langkat, Misno Adi menuding, pihak management PT. LNK tidak punya nurani.
“Managemen perkebunan sawit PT. LNK tidak memiliki ‘nurani’ karena mematikan nafkah kaum petani. Seratusan hektar lahan pertanian di Kecamatan Hinai terdampak banjir dan petani gagal panen. Kalangan petani pada Rabu (22/1/2025) malam menceritakan langsung kepada kami saat pertemuan dengan kepengurusan PAC PM08 Hinai di Dusun Pacitan, Hinai,” kata Misno
Misno menghimbau, kepada Managemen PT. LNK segera mengembalikan fungsi daerah resapan banjir maupun rawa-rawa di lahan eks HGU PTPN II itu.
“Kalau cuma dilakukan normalisasi sungai, itu tidak mengatasi permasalahan banjir, karena kondisi tanggul dikirim kanan sungai tidak sanggup membendung luapan banjir kiriman dari kawasan perkebunan PT. LNK dan PT. Buana Estate,” kata PM08 Langkat.
PM08 Langkat juga mengecam keras Camat Hinai, Bahrum, yang tidak bertanggungjawab mengundang perwakilan petani terdampak banjir di kantornya untuk mencari solusi.
“Rapat terkait saluran pembuangan air dari perkebunan PT. LNK dan PT. Buana Estate, Kamis (23/1/2025) di Aula Kantor Camat Hinai berlangsung ricuh. Itu karena tidak ada camat, padahal Camat Bahrum yang mengundang. Kericuhan juga dipicu karena tidak ditemukannya solusi yang konkrit dari pihak PT. LNK dan PT. Buana Estate,” kata Arief
Pantauan awak media di Kantor Camat Hinai, Kamis, beberapa warga desa di Kecamatan Hinai selaku korban banjir kiriman dari kedua perkebunan tersebut, berteriak.
“Gunakan hati nurani, agar permasalahan kebanjiran ini bisa terselesaikan,” ujar Ijen Yan, salah seorang perwakilan warga.
Menurutnya, saluran pembuangan air dari salahsatu perkebunan di Desa Muka Paya lebih kencang mengalirnya ketimbang pistol polisi.
“Tolong pak, berikan solusi bagi warga dengan membuat pintu klep air di saluran pembuangan tersebut,” pintanya.
Sementara itu, Ruslianto, Ketua Kelompok Tani (Poktan) Tani Sepakat di Desa Batu Melenggang mengaku kecewa karena Camat Hinai tidak hadir dalam rapat.
“Pihak Kecamatan Hinai mengundang pihak terkait. Namun, kami kecewa, karena tanpa alasan apapun dari perwakilannya, Camat Hinai tidak menghadiri rapat tersebut. Yang hadir hanya Sekcam mewakili camat,” ketusnya.
Padahal, sambung Ruslianto, persoalan yang disampaikan masyarakat sangatlah penting bagi pertanian dan permukiman warga yang terdampak banjir kiriman dari perkebunan PT. LNK dan PT. Buana Estate.
“Ketahanan pangan merupakan salahsatu program Asta Cita dari Presiden RI, Bapak Prabowo Subianto. Namun, kedua perusahan perkebunan kelapa sawit itu seolah tidak menghiraukan program tersebut, karena dampak dari saluran pembuangan air mereka (red; PT. LNK dan PT. Buana Estate) yang merendam lahan pertanian dan permukiman warga Kecamatan Hinai dibiarkan begitu saja tanpa solusi,” urainya.
Jika dibiarkan tanpa solusi, kata Ruslianto, maka warga Hinai akan menutup sendiri saluran pembuangan air dari kedua perusahaan perkebunan tersebut.
Di tempat yang sama, salah seorang perwakilan perkebunan mengaku tidak bisa mengambil keputusan dalam rapat.
“Persoalan yang disampaikan warga, akan kami sampaikan ke pihak direksi, sebab kami bukanlah pengambilan keputusan dalam rapat ini,” sebutnya.
Tak puas dengan jawaban pihak perkebunan, akhirnya warga membubarkan diri dari rapat yang dihadiri perwakilan PT. LNK, PT. Buana Estate, Dinas PUTR Langkat, Dinas Pertanian Langkat, Koramil Hinai, dan Polsek Hinai.
Permasalahan saluran pembuangan air dari PT. LNK dan PT. Buana Estate berdampak pada ratusan hektar lahan pertanian di Kecamatan Hinai.
Berikut sejumlah lahan pertanian di beberapa desa di Kecamatan Hinai yang terdampak banjir kiriman dari kedua perkebunan tersebut :
1. Desa Paya Rengas, 20 hektar
2. Desa Hinai Kanan, 15 hektar.
3. Desa Kebun Lada, 15 hektar.
4. Desa Suka Damai Timur, 35 hektar.
5. Desa Muka Paya, 5 hektar
6. Desa Baru Pasar VIII, 10 hektar.
(Ema)