Pangkalpinang — Jelang pelaksanaan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak di Kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka, dinamika internal Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memasuki fase genting. Ketegangan antara dua tokoh penting di tubuh partai, Ketua DPW PKB M Tanwin dan Sekretaris Wilayah (Sekwil) Agam Dliya Ulhaq, mencuat ke ruang publik menyusul laporan dugaan tindak kekerasan ke aparat penegak hukum.
Situasi ini menjadi sorotan tajam tidak hanya di kalangan internal partai, tetapi juga oleh publik dan pengamat politik daerah. Konflik terbuka yang terjadi di level kepemimpinan wilayah dikhawatirkan mengganggu konsolidasi dan kesiapan mesin partai dalam menghadapi salah satu momentum elektoral penting lima tahunan tersebut.
Kekhawatiran Soal Stabilitas dan Citra Partai
Ketua Lembaga Pemenangan Pemilu (LPP) sekaligus Wakil Sekwil I PKB Babel, Deang Hilalludin, secara terbuka menyatakan keprihatinannya atas eskalasi konflik ini. Ia menegaskan pentingnya menjaga stabilitas internal menjelang Pilkada, serta mengimbau seluruh kader untuk tidak memperkeruh situasi dengan saling serang di ruang publik.
> “Kondisi ini sangat disayangkan. Kita justru sedang bersiap menghadapi Pilkada, bukan bertarung di dalam sendiri. Ketegangan ini berpotensi menurunkan kepercayaan publik dan mengganggu elektabilitas calon kepala daerah yang akan diusung,” ujar Deang saat dimintai keterangan, Senin (27/5/2025).
Menurut Deang, gesekan di pucuk kepemimpinan bukan hanya menciptakan citra negatif terhadap PKB, tetapi juga memunculkan keraguan dari pihak eksternal, termasuk para kandidat yang tengah membidik dukungan partai.
> “Bagaimana mungkin calon kepala daerah ingin bergabung jika internal partai sedang tidak kondusif? Ini harus menjadi refleksi bersama. Kita harus menempatkan kepentingan partai di atas ego pribadi,” katanya.
Sikap Terbuka dan Ajak Islah
Di tengah ketegangan yang terjadi, Ketua DPW PKB Babel, M Tanwin, menyampaikan pernyataan terbuka untuk meredam eskalasi konflik. Ia menyatakan kesediaannya untuk menempuh jalan damai melalui mekanisme tabayun dan rekonsiliasi, seraya meminta seluruh pihak menghentikan narasi yang dapat memperkeruh situasi.
> “Kepemimpinan adalah soal tanggung jawab. Saya siap membuka ruang dialog demi menjaga marwah PKB. Mari kita duduk bersama, selesaikan perbedaan dengan kepala dingin. PKB adalah rumah besar kita bersama,” ujar Tanwin.
Sebagai langkah konkret, Tanwin merencanakan penyelenggaraan rapat koordinasi internal yang melibatkan seluruh unsur kepengurusan partai mulai dari Dewan Syuro, Dewan Tanfidz, Dewan Pengurus Cabang (DPC), hingga Dewan Pengurus Anak Cabang (DPAC). Hasil dari pertemuan tersebut nantinya juga akan dilaporkan ke Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PKB sebagai bahan evaluasi organisasi.
> “Kita tidak bisa membiarkan perpecahan tumbuh subur. Tugas kita adalah menjaga amanah partai, membina kader, dan memenangkan agenda politik ke depan. Jabatan bukan alasan untuk berselisih, apalagi menghancurkan bangunan besar yang telah dibangun bertahun-tahun,” tegasnya.
Ujian Kedewasaan Politik PKB Babel
Konflik yang terjadi antara Ketua dan Sekwil ini dinilai sebagai salah satu ujian paling serius bagi soliditas dan kedewasaan politik PKB di Bangka Belitung. Pengamat politik lokal menilai, jika tak segera diselesaikan, pertikaian ini berpotensi menurunkan daya tawar PKB dalam kontestasi Pilkada dan mencederai kepercayaan publik terhadap partai.
Langkah islah atau rekonsiliasi dinilai sebagai pilihan terbaik. Selain menjaga keharmonisan internal, pendekatan ini juga mencerminkan kematangan organisasi politik dalam mengelola dinamika kepemimpinan. Terlebih, PKB masih menjadi salah satu kekuatan penting dalam peta politik daerah, yang posisinya diperhitungkan oleh banyak pihak.
Kini, perhatian publik tertuju pada langkah berikutnya dari internal DPW PKB Babel: apakah mereka mampu menunjukkan keteguhan sebagai partai kader yang demokratis dan dewasa, atau justru terseret lebih jauh dalam konflik berkepanjangan yang merugikan semua pihak.