Suaranusantara.online
SUMENEP, JAWA TIMUR – Optimisme menyelimuti RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep di penghujung 2025. Alokasi Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) senilai Rp 4,9 miliar menjadi nafas baru bagi rumah sakit daerah ini untuk mengakselerasi kualitas pelayanan kesehatan, khususnya dalam layanan kemoterapi dan kesehatan ibu-anak.
Direktur RSUD dr. H. Moh. Anwar Sumenep, dr. Erliyati, M.Kes., menyebut dana tersebut sebagai “dorongan penting” yang langsung diterjemahkan dalam dua program strategis: pengadaan alat kesehatan modern dan pembangunan gedung penunjang layanan.
“DBHCHT tahun 2025 sebesar Rp 4,9 miliar kami alokasikan untuk pengadaan alat kesehatan dan pembangunan gedung. Dana ini benar-benar menjadi game changer bagi kami,” tegas dr. Erliyati saat ditemui di kantornya, Kamis (27/11/2025).
Capaian realisasi fisik pengadaan alat kesehatan mencatatkan angka impresif: 100 persen. Salah satu prioritas utama adalah pengadaan kursi pelayanan kemoterapi yang kini telah siap digunakan untuk melayani pasien kanker di Sumenep dan sekitarnya.
Sementara itu, pembangunan gedung layanan Kesehatan Jiwa dan Substance Abuse Integrated (KJSI) serta Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) tengah dikebut dengan progres fisik mencapai 35 persen. Meski realisasi dana pembangunan masih dalam tahap pengusulan, dr. Erliyati optimistis target penyelesaian dapat tercapai sesuai rencana.
“Kami sedang mengejar target pembangunan gedung KJSI dan KIA. Ini akan menjadi fasilitas vital yang sangat dibutuhkan masyarakat Sumenep,” jelasnya.
dr. Erliyati tak menyembunyikan rasa syukurnya atas dukungan dana DBHCHT yang memberikan dampak signifikan terhadap mutu pelayanan.
“Kami sangat bersyukur mendapatkan kucuran dana ini. DBHCHT sangat membantu peningkatan layanan kepada masyarakat. Tanpa dana ini, sulit bagi kami untuk bergerak cepat,” ungkapnya dengan penuh penghargaan.
Namun, optimisme tersebut diiringi kekhawatiran. Proyeksi alokasi DBHCHT 2026 diperkirakan akan anjlok drastis hingga 75 persen, hanya sekitar Rp 1,2 miliar dari sebelumnya Rp 4,9 miliar.
“Untuk tahun 2026, kemungkinan kami hanya mendapatkan sekitar Rp 1,2 miliar. Tentu ini menjadi tantangan besar. Namun kami tetap berterima kasih atas dukungan yang selama ini diberikan,” pungkas dr. Erliyati dengan nada realistis.
Penurunan drastis anggaran ini menuntut RSUD Moh. Anwar Sumenep untuk lebih cermat dalam perencanaan program tahun depan, sambil memaksimalkan setiap rupiah DBHCHT 2025 yang masih tersisa.
(GUSNO)








