Pangkalpinang — Setiap partai politik pasti mengalami dinamika internal. Namun tidak semua konflik layak diseret ke ruang publik, apalagi menjelang momentum penting seperti Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada). Situasi di tubuh PKB Bangka Belitung saat ini memperlihatkan bagaimana krisis kepemimpinan dapat mengganggu stabilitas partai.
Di saat partai-partai lain sibuk menjaring bakal calon dan mengonsolidasikan basis suara, PKB justru terlihat terjebak dalam konflik antarelite internal. Ini bukan hanya mencoreng nama individu, tetapi juga mengancam kredibilitas institusi partai itu sendiri.
Partai yang terpecah cenderung sulit dipercaya sebagai mitra strategis dalam Pilkada. Lebih jauh, konflik semacam ini menciptakan kesan bahwa PKB belum sepenuhnya mapan sebagai organisasi politik modern yang siap menghadapi tekanan.
Islah atau rekonsiliasi bukan hanya opsi moral, tetapi kebutuhan politik yang sangat mendesak. Jika DPW PKB Bangka Belitung ingin tetap relevan sebagai kekuatan politik lokal, maka menyatukan kembali rumah yang retak adalah langkah wajib.
Pilkada tidak akan menunggu siapa yang sedang berselisih. Waktu terus berjalan, dan publik sedang menilai. Di tengah sorotan ini, ketua lembaga pemenangan pemilu PKB di Bangka Belitung dituntut menjadi jembatan pemersatu.