dr. Erliyati
Suaranusntara.online
SUMENEP – Dalam tiga tahun terakhir, Rumah Sakit Umum Daerah dr. H. Moh. Anwar (RSUDMA) Sumenep mengalami lompatan signifikan.
Di bawah kepemimpinan strategis dr. Erliyati sebagai direktur, rumah sakit milik Pemerintah Kabupaten Sumenep ini, kini bertransformasi menjadi institusi medis modern yang tak hanya mengikuti, tetapi memimpin inovasi layanan kesehatan di kawasan timur Madura.
Terobosan terkini yang menempatkan RSUDMA di peta layanan kesehatan nasional adalah penerapan Radio Frequency Ablation (RFA) untuk penanganan tumor tiroid jinak.
Teknologi minimal invasif ini menjadikan RSUDMA sebagai satu-satunya rumah sakit di Madura yang mampu menangani kasus tumor tiroid tanpa pembedahan konvensional.
“Pasien itu hanya perlu menjalani prosedur melalui tusukan kecil menyerupai jarum, tanpa sayatan besar. Dan mereka bisa pulang di hari yang sama,” jelas dr. Erliyati saat ditemui di ruang kerjanya, Selasa, (21/10/2025).
Metode ini tidak hanya meminimalkan trauma operasi, tetapi juga memangkas biaya dan waktu pemulihan secara drastis. Sebelumnya, pasien dari Madura harus merujuk ke Surabaya atau bahkan ke luar Jawa Timur untuk mendapatkan layanan serupa.
Di balik setiap inovasi yang diluncurkan, terdapat visi jelas dari sang direktur: menjadikan masyarakat Madura mandiri dalam mengakses layanan kesehatan berkualitas tinggi.
“Kami ingin mengakhiri ketergantungan pada rumah sakit di kota besar. Masyarakat Madura berhak mendapatkan standar pelayanan yang sama tanpa harus meninggalkan pulau mereka,” tegas dr. Erliyati.
Komitmen ini diwujudkan melalui perluasan layanan spesialistik yang sebelumnya absen di wilayah ini. Kini, RSUDMA menghadirkan tiga layanan unggulan baru yang menjadi fokus pengembangan fasilitas:
Poli Nyeri – Layanan komprehensif untuk pasien dengan nyeri kronis, mulai dari nyeri punggung, neuropati, hingga nyeri kanker. Tim multidisiplin yang terdiri dari dokter anestesi, rehabilitasi medis, dan spesialis nyeri memberikan pendekatan holistik dalam penanganan.
Unit Kemoterapi – Pasien onkologi kini dapat menjalani terapi kanker tanpa harus bolak-balik ke Surabaya. Fasilitas ini dilengkapi ruang khusus berstandar internasional, obat-obatan kemoterapi lengkap, dan tenaga medis terlatih dalam onkologi.
Laboratorium Patologi Anatomi – Fasilitas diagnostik akurat untuk pemeriksaan jaringan dan sel, krusial dalam mendeteksi kanker dan penyakit degeneratif lainnya. Dengan kehadiran lab ini, waktu tunggu hasil diagnosis berkurang drastis dari berminggu-minggu menjadi hitungan hari.
Transformasi tidak hanya terjadi di ranah medis. dr. Erliyati juga memimpin revolusi digital yang mengubah wajah administrasi RSUDMA secara fundamental.
Sistem antrean elektronik kini menggantikan nomor kertas yang sering hilang atau tertukar. Pendaftaran poliklinik dapat dilakukan secara online melalui aplikasi mobile, sementara pembayaran non-tunai via virtual account memastikan transaksi lebih aman dan tercatat dengan baik.
“Digitalisasi bukan sekadar tren, tetapi kebutuhan. Ini mempercepat pelayanan, mengurangi kesalahan administratif, dan yang terpenting memberikan transparansi penuh kepada pasien,” ujar dr. Erliyati.
Integrasi data pasien secara real-time antarunit juga memungkinkan koordinasi lebih baik antara dokter, farmasi, laboratorium, dan bagian keuangan. Hasilnya: pasien tidak perlu bolak-balik antar loket untuk mengurus administrasi.
Komitmen terhadap kenyamanan pasien diwujudkan melalui pembangunan Gedung Poli Terpadu. Dengan desain ramah pasien, ruang tunggu luas ber-AC, dan akses khusus bagi penyandang disabilitas, gedung ini mencerminkan pendekatan humanis dalam pelayanan kesehatan.
Untuk mendukung ketepatan diagnosis, RSUDMA kini memiliki CT Scan kedua dan layanan MRI dengan teknologi mutakhir. Kedua fasilitas penunjang ini memastikan pemeriksaan radiologi dapat dilakukan lebih cepat tanpa daftar tunggu panjang seperti sebelumnya.
Di tengah berbagai inovasi teknologi tinggi, dr. Erliyati tidak melupakan aspek kemanusiaan. Program “La Sehat” diluncurkan sebagai bentuk kepedulian sosial, memberikan bantuan transportasi bagi pasien kurang mampu untuk pulang setelah perawatan.
“Banyak pasien dari daerah terpencil yang kesulitan pulang karena tidak punya biaya transportasi. Program ini memastikan tidak ada pasien yang tertinggal di rumah sakit karena alasan ekonomi,” jelasnya.
Program ini mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat, terutama dari kecamatan-kecamatan yang berjarak puluhan kilometer dari pusat kota Sumenep.
dr. Erliyati dengan rendah hati menekankan bahwa semua pencapaian ini merupakan hasil kerja kolektif seluruh tim medis, paramedis, dan staf administrasi RSUDMA.
Dukungan penuh dari Pemerintah Kabupaten Sumenep, baik dalam hal anggaran maupun kebijakan, menjadi kunci keberhasilan transformasi ini.
“Tanpa dukungan pemerintah daerah dan DPRD Sumenep, serta dedikasi seluruh pegawai RSUDMA, semua ini tidak akan terwujud. Ini adalah pencapaian bersama,” tegasnya.
Transformasi besar-besaran di RSUDMA Sumenep membuktikan bahwa rumah sakit daerah mampu menjadi pelopor dalam pelayanan kesehatan berbasis teknologi dan kemanusiaan.
Dengan kombinasi inovasi medis, digitalisasi sistem, perluasan fasilitas spesialistik, dan kepedulian sosial, RSUDMA di bawah arahan dr. Erliyati perlahan namun pasti meneguhkan posisinya sebagai rumah sakit rujukan utama dan simbol kemajuan layanan publik di Pulau Garam.
Kini, masyarakat Madura tidak perlu lagi ragu. Pelayanan kesehatan berkelas tersedia di rumah mereka sendiri, dengan standar yang setara dengan rumah sakit besar di kota-kota besar Indonesia.
(GUSNO)








