Pangkalpinang, Suaranusantara.online –
Perairan Beriga di Desa Beriga, Kecamatan Lubuk Besar, Kabupaten Bangka Tengah, mengandung sumber daya alam yang langka, yaitu timah. Tidak semua wilayah perairan di Bangka Belitung memiliki potensi sebesar ini, menjadikan timah di Laut Beriga sebagai anugerah yang perlu dikelola dengan bijak. Namun, hingga saat ini, potensi ini belum sepenuhnya digarap oleh PT Timah, perusahaan yang memiliki Izin Usaha Pertambangan (IUP) di wilayah tersebut.
Askandi, salah satu warga Beriga, mengungkapkan bahwa timah di Laut Beriga merupakan berkah dari Tuhan yang harus dimanfaatkan demi kesejahteraan masyarakat. Ia berharap PT Timah dapat segera memulai aktivitas penambangan, yang menurutnya dapat menjadi solusi bagi kondisi ekonomi lokal yang tidak stabil.
“Kami di Beriga berharap ada penghasilan yang pasti. Di desa kami ada IUP, kenapa tidak kita dukung? Ini anugerah dari Yang Maha Kuasa, harta karun di desa kita yang seharusnya dimanfaatkan,” ujar Askandi, Jumat (10/10).
Askandi menambahkan, tidak semua wilayah pesisir di Bangka Belitung memiliki timah. Oleh karena itu, menurutnya sangat disayangkan jika potensi besar seperti yang ada di Beriga tidak diolah dengan baik.
“Banyak daerah pesisir lain yang tidak dibicarakan seperti desa kita, karena mereka tidak memiliki timah. Sementara kita punya IUP dan timah, ini harus dimanfaatkan. Di saat ekonomi sedang sulit, kita tidak boleh berdiam diri,” katanya.
Sebelumnya, sempat ada keraguan di kalangan warga terkait kelengkapan perizinan PT Timah. Namun, setelah berdiskusi dengan pihak perusahaan, Askandi memastikan bahwa semua perizinan telah lengkap, sehingga tidak ada lagi keraguan untuk mendukung aktivitas penambangan.
“Kami sudah tanya langsung ke PT Timah, dan mereka sudah mengantongi semua legalitas yang dibutuhkan. Sekarang kami bisa lebih yakin untuk mendukung,” jelasnya.
Menurut Askandi, sektor pertambangan dapat memberikan dorongan signifikan bagi perekonomian masyarakat, terutama di tengah situasi ekonomi yang sulit. Ia juga menekankan bahwa aktivitas penambangan tidak akan mengganggu kehidupan nelayan, yang merupakan mata pencaharian utama warga setempat.
“Saat ini penghasilan nelayan hanya pas-pasan. Kami ingin semua maju, baik nelayan maupun yang menambang. Penambangan tidak akan mengganggu aktivitas nelayan, bahkan bisa berjalan berdampingan,” ujarnya.
Berkaca dari pengalaman daerah lain seperti Tanjung Gunung, Askandi menyebut nelayan di wilayah tambang tetap bisa menjalankan aktivitas mereka tanpa terganggu. Ia berharap, PT Timah tidak hanya fokus pada penambangan, tetapi juga memperhatikan kesejahteraan masyarakat, terutama dalam bidang kesehatan dan ekonomi.
“Kami berharap PT Timah melibatkan masyarakat sekitar, baik sebagai tenaga kerja maupun dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Kalau butuh kapal, utamakan nelayan di sini. Dengan begitu, nelayan bisa mendapatkan penghasilan tambahan,” tutupnya.