Eva Prasetiyono, Dosen UBB, Raih Gelar Doktor Cumlaude dari IPB

BANGKA – Eva Prasetiyono, dosen Program Studi Akuakultur di Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Kelautan Universitas Bangka Belitung (UBB), resmi menyandang gelar doktor dalam bidang Ilmu Akuakultur dari Institut Pertanian Bogor (IPB). Gelar ini diperoleh usai melewati sidang promosi doktor yang digelar pada Rabu, 30 April 2025.

Eva, yang akrab disapa Eva Pras, menyelesaikan studi doktoralnya dalam waktu 3 tahun 8 bulan. Ia lulus dengan predikat cum laude (dengan pujian) dan meraih Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) sempurna, yakni 4,00.

Dalam disertasinya, Eva meneliti strategi biotreatment limbah tambak udang menggunakan kerang darah (Anadara granosa). Penelitian ini dinilai relevan dalam mendukung pengelolaan lingkungan budidaya perairan secara berkelanjutan.

“Riset Dr. Eva ini merupakan salah satu puzzle solutif untuk mengatasi berbagai permasalahan tambak udang di Provinsi Bangka Belitung khususnya, dan tambak di Indonesia umumnya,” ujar Dr. Robin, Wakil Dekan I FPPK UBB.

Eva merupakan penerima Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI) dari Kemendikbudristek dan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) Kementerian Keuangan. Sepanjang studi, ia telah menerbitkan tiga artikel ilmiah di jurnal terindeks Scopus dan SINTA. Selain itu, dua artikel Scopus lainnya sedang dalam proses publikasi, serta satu buku referensi tengah disusun.

Kepada wartawan, Eva mengungkapkan bahwa perjuangannya selama menempuh studi doktoral tidak mudah. Selain harus menyelesaikan penelitian dan penulisan disertasi, ia juga harus membagi waktu untuk merawat orang tuanya yang sakit. “Setiap orang punya tantangan masing-masing. Yang penting adalah tidak menyerah, bersabar, banyak berdoa, dan percaya bahwa setelah kesulitan akan ada kemudahan,” ujar Eva.

Ia juga menekankan pentingnya komunikasi intensif dengan dosen pembimbing selama studi. Menurutnya, pemahaman bersama antara mahasiswa dan pembimbing tentang keterbatasan waktu dan dana, terutama bagi penerima beasiswa, menjadi hal krusial. “Studi doktor itu dibatasi durasi. Kalau tidak strategis, bisa terhambat, apalagi soal publikasi,” jelasnya.

Eva mengingatkan bahwa publikasi ilmiah merupakan syarat utama yang kerap menjadi batu sandungan dalam ujian akhir doktoral. “Proses submit hingga terbit di jurnal bereputasi tidak bisa instan. Itu sebabnya harus dipersiapkan sejak awal,” tambahnya.

Di akhir perbincangan, Eva menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah mendukung studinya. Ia mengucapkan terima kasih kepada para dosen pembimbing, pimpinan IPB dan UBB, serta lembaga pemberi beasiswa. Ucapan khusus ia sampaikan kepada istri dan keluarganya yang menurutnya menjadi sumber semangat terbesar dalam menyelesaikan pendidikan.

Capaian Eva Prasetiyono menambah daftar akademisi UBB yang berhasil meraih gelar doktor, sekaligus menjadi inspirasi bagi generasi muda bahwa gelar doktor bukan sekadar mimpi—asal ditempuh dengan ketekunan, strategi, dan doa.

“Kami bergembira menyambut doktor baru di UBB. Insya Allah jadi vitamin tambahan bagi sumber daya manusia kampus. Mudah-mudahan disusul doktor-doktor lain yang saat ini sedang studi di dalam dan luar negeri,” ujar Rektor UBB Prof. Dr. Ibrahim.

Wakil Direktur I UBB, Nanang, juga menyampaikan apresiasi atas pencapaian Eva. “Kami turut bangga atas pencapaian beliau. Tentunya ini akan sangat berkontribusi bagi institusi dalam meningkatkan kualitas pendidikan di UBB,” ucapnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *