PANGKALPINANG — Pemerintah Kota Pangkalpinang menyoroti peningkatan kasus stunting meski angka kematian ibu dan balita menunjukkan tren penurunan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah anak stunting di Pangkalpinang naik dari 205 anak pada 2024 menjadi 211 anak pada 2025.
Wakil Wali Kota Pangkalpinang, Dessy Ayutrisna, menilai kondisi ini sebagai peringatan penting agar pencegahan dimulai sedini mungkin, terutama sejak masa kehamilan. Hal itu disampaikannya dalam kegiatan Gerakan Ibu Hamil Sehat Kota Pangkalpinang Tahun 2025 di halaman Kantor Wali Kota, Kamis (6/11/2025).
“Kesehatan bayi dimulai dari rahim. Jika sejak awal kehamilan ibu mendapatkan asupan gizi cukup dan pemeriksaan rutin, maka risiko stunting bisa ditekan,” ujar Dessy.
Dessy menegaskan, setiap ibu hamil disarankan melakukan pemeriksaan minimal enam kali selama masa kehamilan, termasuk dua kali USG, serta rutin mengonsumsi vitamin tambah darah sesuai anjuran tenaga kesehatan.
“Jangan menunggu sampai bayi lahir untuk memperhatikan nutrisi. Dari awal kehamilan harus dijaga agar bayi lahir sehat dan tumbuh optimal,” katanya menambahkan.
Selain aspek fisik, Dessy juga menyoroti pentingnya dukungan moral dan psikologis dari keluarga, khususnya suami. Menurutnya, stabilitas emosi dan kesehatan mental ibu hamil turut memengaruhi perkembangan janin.
“Suami harus lebih sabar, peduli, dan memahami perubahan emosional istri selama hamil. Kesehatan mental ibu juga memengaruhi kondisi janin,” ucapnya.
Acara yang diikuti puluhan ibu hamil dari berbagai kelurahan itu turut dihadiri oleh Kepala Dinas PPPAKB, Plt. Kepala Dinas Kesehatan, Direktur RSUD Depati Hamzah, serta Bagian Protokol dan Komunikasi Pimpinan.
Gerakan Ibu Hamil Sehat menjadi bagian dari komitmen Pemkot Pangkalpinang untuk menekan angka stunting melalui edukasi, pemeriksaan rutin, dan peningkatan kesadaran keluarga tentang pentingnya gizi dan kesehatan ibu sejak dini.
