PANGKALPINANG, 18 March 2025 —
Upaya PT Timah Tbk dalam menenggelamkan artificial reef sebagai bagian dari program rehabilitasi ekosistem laut telah membuahkan hasil. Struktur terumbu buatan yang telah ditempatkan di perairan Rambak, Kecamatan Sungailiat, Kabupaten Bangka pada Tahun 2022 lalu kini mulai ditumbuhi penempelan alami (natural recruitment), menjadi habitat baru bagi berbagai biota laut.
PT Timah Tbk secara konsisten sejak tahun 2016 silam telah menenggelamkan ribuan artificial reef di Perairan Bangka sebagai salah satu bentuk reklamasi laut yang dilakukan perusahaan sekaligus upaya untuk memulihkan ekosistem laut.
Berdasarkan hasil monitoring yang dilakukan Yayasan Sayang Babel Kite bersama Dosen Ilmu Kelautan Universitas Bangka Belitung Indra Ambalika Syari pada 15 Maret 2025 lalu menunjukkan bahwa struktur artificial reef kini telah menjadi rumah bagi berbagai jenis karang alami serta menarik keberagaman ikan dan biota laut lainnya.
Hal ini menjadi indikator keberhasilan dalam membangun ekosistem bawah laut yang sehat dan memberikan dampak bagi biota laut. Sebelumnya, PT Timah Tbk telah menenggelamkan 240 unit artificial reef di kawasan tersebut.
“Hasil monitoring menunjukkan artificial reef yang ditenggelamkan telah ditempeli karang alami sehingga banyak ikan-ikan yang datang. Ini artinya terumbu karang buatan sudah menjadi terumbu alami. Yang membuat rasa bahagia, ikan karang indikator juga ada di kawasan itu tidak hanya ikan-ikan target yang memiliki nilai ekonomis tinggi,” katanya.
Beberapa jenis ikan indikator yang ada di perairan ini seperti dari famili Chaetodontidae, Pomacentridae, Apogonidae, dan banak jenis ikan lainnya, sedangkan ikan target yang ada di perairan ini seperti ikan seminyak, kakap merah, kerapu, tompel, dan sisik tembaga.
Menurutnya, penenggelaman artificial reef ini terbilang berhasil karena jika dilihat dari indeks keanakeragaman hayati sudah lebih dari 30 jenis ikan yang berada di sekitar artificial reef.
PT Timah Tbk rutin melakukan penenggelaman artificial reef sebagai upaya pengelolaan ekosistem laut yang dilakukan perusahaan.
“Setelah ditenggelamkan, biasanya akan dilakukan monitoring dan perawatan media selama tiga tahun. Dalam monitoring ini kita bisa melihat komposisi jenis ikan dan penempelan alami. Sedangkan untuk perawatan seperti memperbaiki posisi artificial reef, membersihkan sampah yang tersangkut seperti jaring atau sampah kantong plastik. Ini upaya berkelanjutan sehingga hasilnya bisa dirasakan nelayan,” ucapnya.
Menurut Indra, koordinat penenggelaman artificial reef ini juga sudah dibagikan kepada nelayan sehingga memudahkan mereka untuk menangkap ikan.
“Dalam melaksanakan penenggelamaan artificial reef PT Timah Tbk berkolaborasi dengan kelompok nelayan dan untuk koordinat penenggelaman juga dibagikan. Sehingga nelayan sebetulnya bisa memanfaatkan ini agar mereka mudah untuk mencari titik penangkapan ikan,”ujarnya.
Dengan adanya penenggelaman artificial reef yang dilaksanakan secara konsisten, hal ini sebagai upaya untuk untuk menambah terumbu alami di laut, habitat ekosistem laut bertambah dan keanakeragaman jenis ikan bertambah.
“Penenggalaman artificial reef ini adalah solusi dan upaya yang dilakukan agar seluruh sektor bisa memanfaatkan keberkahan dari laut, baik PT Timah Tbk maupun pihak lain. Kita berharap kegiatan rehabilitasi dan program reklamasi laut bisa digalakkan oleh perusahaan lainnya juga. Karena Babel ini Provinsi dengan sekitar 70% adalah laut. Kalau laut kita berkah, masyarakat ikut berkah dan sejahtera,” harapnya.
Selain di Perairan Rambak, menurutnya beberapa lokasi penenggelaman artificial reef PT Timah Tbk lainnya yang terbilang berhasil seperti di Rebo dan Penyusuk Kabupaten Bangka, Pulau Panjang dan Pulau Pelepas Kaupaten Bangka Tengah, Perairan Tanjung Kubu Kabupaten Bangka Selatan, dan Perairan Tanjung Ular dan Malang Gantang KabupatenBangka Barat. (*)