Aroma Daging yang Menggoda di Depan Swiss Belhotel Pangkalpinang: Menu Grill yang Harus Kamu Coba

Oleh: Bangdoi Ahada

PANGKALPINANG — Asap tipis mengepul dari panggangan besi di halaman depan Swiss Belhotel Pangkalpinang.

Aroma daging sapi yang sedang dipanggang berpadu dengan bumbu rempah khas Nusantara, membuat siapa pun yang melintas menoleh.

Di antara bunyi klakson kendaraan yang melintas di Jalan Sudirman dan obrolan ringan para pengunjung, menu grill kini menjadi bintang baru di dunia kuliner Kota Pangkalpinang.

Dalam beberapa tahun terakhir, menu grill—mulai dari daging sapi, ayam, ikan hingga sayuran—mengalami lonjakan popularitas di kalangan pencinta kuliner Indonesia. Tak hanya di restoran mewah, tetapi juga di warung pinggir jalan dan kafe kecil yang ingin menghadirkan sensasi makan “berasap” namun tetap berkelas.

“Orang sekarang lebih suka makanan yang bisa mereka lihat prosesnya,” ujar Rayhan Syahbudiman, Marketing Communication Swiss Belhotel Pangkalpinang, sembari membalik daging di atas pemanggang, Jumat (17/10/2025) malam.

“Grill itu bukan cuma soal rasa, tapi pengalaman. Bau asapnya, bunyi daging yang terbakar api, semua jadi bagian dari kenikmatan,” tambahnya. Pemuda lajang ini baru sembilan bulan menetap di Kota Pangkalpinang.

Menu grill menawarkan keseimbangan antara cita rasa dan gaya hidup sehat. Proses panggangan yang minim minyak dianggap lebih baik dibanding metode menggoreng. Selain itu, bumbu khas seperti smoky BBQ, black pepper, dan teriyaki memberi variasi rasa yang sesuai dengan selera lokal maupun internasional.

“Favorit kami itu daging sapi grill dengan saus madu jahe. Rasanya manis gurih, dan dagingnya lembut sekali,” ujar Intan, salah satu pengunjung yang malam itu menikmati santapannya.

Dari sisi bisnis, tren ini juga menjanjikan. Menurut data Asosiasi Kuliner Indonesia, penjualan menu berbasis grill meningkat hingga 30 persen dalam dua tahun terakhir. Banyak pelaku usaha menggabungkan konsep live cooking untuk menarik pelanggan muda yang gemar membagikan momen di media sosial.

Namun, di balik tren tersebut, ada tantangan tersendiri: menjaga kualitas bahan dan teknik pemanggangan agar cita rasa tetap konsisten.

“Grill yang baik butuh disiplin suhu dan waktu. Sedikit saja lewat, daging bisa keras atau gosong,” ujar Rayhan sambil tertawa.

Dengan perpaduan antara cita rasa modern dan teknik tradisional, menu grill tampaknya masih akan terus menjadi primadona di dunia kuliner Indonesia — terutama bagi mereka yang mencari sensasi hangat di antara bara api dan aroma asap yang menggoda.

“Mau coba sensasi grill ini? Yuk datang ke Omah Hotpot Grill Swiss Belhotel Pangkalpinang,” ajak Rayhan.

“Saat ini kami baru buka satu kali setiap minggu, yaitu setiap Jumat malam atau malam Sabtu. Nanti bisa jadi dua kali seminggu, kita lihat kondisinya,” tutupnya sambil mencicipi daging yang baru saja diangkat dari pemanggangan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *