Ilustrasi (Istimewa)
Suaranusantara.online
SAPEKEN – Krisis listrik kembali melanda Desa Tanjung Kiaok, Kecamatan Sapeken, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur setelah mengalami pemadaman total selama lebih dari seminggu.
Yang mencengangkan, pemadaman ini hanya terjadi di Desa Tanjung Kiaok, sementara Desa Sepanjang yang berada di pulau yang sama tetap menikmati aliran listrik normal.
Kondisi ini memicu amarah warga yang menilai telah terjadi diskriminasi dalam pelayanan listrik sejak awal pengoperasian PLTD (Pembangkit Listrik Tenaga Disel) di Pulau Sepanjang.
“Dari awal diaktifkan mas selalu padam, padahal di desa sepanjang sendiri hidup,” keluh seorang warga Desa Tanjung Kiaok yang enggan disebutkan namanya, Rabu (20/8/2025).
Warga mengungkapkan frustrasi mereka karena pemadaman ini bukan kejadian pertama. Sejak PLTD Pulau Sepanjang mulai beroperasi, Desa Tanjung Kiaok kerap mengalami pemadaman yang tidak dialami desa tetangga.
Ketika dikonfirmasi kepada Unit Layanan Pelanggan (ULP) Kangean dan pengurus Perusahaan Listrik Negara (PLN) Sepanjang, alasan yang diberikan terkesan tidak masuk akal.
Pihak PLN menyebut kabel jalur menuju Desa Tanjung Kiaok “dimakan monyet” – penjelasan yang ditolak mentah-mentah oleh masyarakat dan jadi bahan tertawa
Seorang tokoh pemuda Desa Tanjung Kiaok yang juga enggan disebutkan namanya menegaskan, bahwa pemadaman ini telah sangat merugikan masyarakat.
“Pemadaman ini sudah tidak wajar karena sudah sering terjadi lebih dari 10 kali, bahkan saat ini sudah satu minggu lebih mati total. Mana ada kabel dimakan monyet? Atau jangan – jangan solarnya yang di minum monyet,” tegasnya dengan nada kesal.
Tokoh pemuda ini juga mengecam pola yang terjadi, di mana setiap kali ada pemadaman selalu kabel jalur yang dijadikan alasan dan monyet dikambinghitamkan, korbnya hanya Desa Tanjung Kiaok yang terdampak, sementara Desa Sepanjang normal.
Menghadapi kondisi yang dinilai tidak adil ini, masyarakat Desa Tanjung Kiaok menuntut tindakan tegas dari pemerintah.
“Saya meminta kepada Kementerian BUMN untuk mengirim tim investigasi dan PLTD di Pulau Sepanjang harus segera diaudit. Saya juga mendesak kepada pihak Forkopimka Kecamatan Sapeken agar segera melakukan rapat koordinasi dan mengundang pihak PLN untuk menjelaskan masalah ini karena pemadaman listrik ini sebabnya tidak jelas,” tegas tokoh pemuda tersebut.
Tuntutan audit ini muncul, karena masyarakat mencurigai adanya ketidakberesan dalam sistem kelistrikan yang menyebabkan diskriminasi pelayanan antar desa.
Upaya untuk mendapatkan klarifikasi dari pihak PLN menemui jalan buntu. ULP PLN Kangean yang diwakili,, Hanif dan pengurus PLTD di Pulau Sepanjang, Herman, keduanya tidak merespons konfirmasi yang dilakukan via chat maupun panggilan telepon WhatsApp, meskipun dalam kondisi berdering, Rabu (20/8/2025).
Sikap tidak responsif ini semakin menambah kecurigaan masyarakat, bahwa ada yang disembunyikan terkait masalah kelistrikan di desa mereka.
Kasus ini menunjukkan ketimpangan pelayanan publik yang tidak dapat diterima.
Bagaimana mungkin dua desa yang berada di pulau yang sama, dengan infrastruktur PLTD yang sama, mengalami perlakuan yang berbeda?
Masyarakat Desa Tanjung Kiaok kini menunggu respons serius dari pemerintah dan PLN untuk menyelesaikan masalah ini secara adil dan transparan.
Mereka berhak mendapatkan pelayanan listrik yang sama dengan desa tetangga, bukan menjadi korban diskriminasi yang tidak berdasar.
Berita ini akan terus diupdate seiring perkembangan respons dari pihak PLN dan pemerintah terkait.
(GUSNO)








