BOLTIM, 21 Februari 2024 – Kekecewaan mendalam melanda warga Boltim karena janji pembuangan sampah yang tak pernah terwujud. Dalam sebuah pengakuan yang memilukan, Ismail Mokodompit, seorang tokoh masyarakat di Desa Tombolikat, Kecamatan Tutuyan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur (Boltim), menegaskan bahwa ibu kota Boltim kini tenggelam dalam krisis sampah yang tak kunjung terselesaikan.
Dengan nada kecewa, Ismail menyoroti tumpukan sampah yang menjijikkan yang bahkan terlihat di sekitar kantor bupati, menggambarkan betapa janji-janji manis yang terdengar selama kampanye Pilkada belaka omong kosong. Dia menggambarkan kekecewaannya terhadap kurangnya perhatian pemerintah daerah terhadap masalah lingkungan yang semakin memburuk.
“Saat ini, ibu kota kita telah menjadi tempat yang tidak lagi nyaman karena sampah dimana-mana,” kata Ismail dengan nada yang penuh penyesalan.
Tumpukan sampah bukan hanya merusak estetika lingkungan, tetapi juga menjadi pangkal masalah kesehatan dan lingkungan yang serius. Bau busuk dan risiko penyebaran penyakit telah menjadi ancaman nyata bagi kesejahteraan warga sekitar.
Ismail juga mengkritik rendahnya kesadaran lingkungan di kalangan pejabat pemerintah, mengatakan bahwa perilaku mereka mencerminkan ketidakpedulian yang memprihatinkan terhadap masalah lingkungan.
Keprihatinan Ismail atas kondisi lingkungan yang semakin memburuk akibat kelalaian pemerintah daerah menjadi sorotan utama. Dia mendesak pemerintah untuk segera mengambil tindakan nyata dalam menangani masalah sampah ini.
Dalam konteks ini, upaya untuk meningkatkan pengelolaan sampah menjadi sangat mendesak. Langkah-langkah konkret seperti peningkatan sistem pengelolaan sampah, peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, dan pengawasan yang ketat terhadap implementasi program-program lingkungan diperlukan.
Pemerintah daerah diminta untuk memprioritaskan masalah lingkungan ini sebagai bagian dari tanggung jawabnya untuk melindungi kepentingan dan kesejahteraan warga. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait menjadi kunci untuk menciptakan lingkungan yang bersih, sehat, dan berkelanjutan di Boltim.
Dalam tanggapan terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Syukri Tawil, mengakui kendala yang dihadapi dalam menangani sampah, termasuk kekurangan tenaga petugas kebersihan dan rendahnya gaji mereka. Namun, tantangan terbesar yang dihadapi Boltim adalah ketiadaan Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Kami menghadapi kendala serius dalam menangani sampah, termasuk kekurangan tenaga kerja dan gaji yang rendah untuk petugas kebersihan. Tetapi, yang paling krusial adalah kami belum memiliki Tempat Pembuangan Akhir (TPA),” jelasnya.
Kritik yang tajam dari Ismail dan pengakuan dari pihak berwenang menyoroti kebutuhan mendesak untuk tindakan segera dalam menangani krisis sampah yang melanda Boltim. Warga menantikan langkah konkret dari pemerintah untuk memperbaiki kondisi lingkungan dan menghadirkan masa depan yang lebih bersih dan berkelanjutan.
(Korlip Boltim)
Kami akan terus memantau perkembangan selanjutnya terkait informasi ini, tetap terhubung dan tetap bersama kami.
Tim redaksi suaranusantara.online