TUTUYAN-BOLAANG MONGONDOW TIMUR
Suaranusantara.online
Warga di desa Iyok, Kecamatan Nuangan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, mengeluhkan sikap dua orang yang mengaku Jurnalis dan atau Wartawan.
Kedua oknum wartawan tersebut dinilai tidak profesional dan terkesan memaksakan kehendak untuk mewawancarai warga.
Kehadiran dua orang oknum wartawan itu pun membuat warga mengaku kesal. Meski situasi sempat diwarnai ketegangan, keduanya diminta untuk pulang.
Berdasarkan pengakuan warga Dusun II, Desa Iyok, Nuraida Dg Said. Dia didatangi dua orang bersama warga setempat sekitar pukul 12.00 WITA.
Nuraida mengatakan mereka ingin mewawancarainya, tapi dia menolak. Itu karena dia sendiri baru melihat mereka.
“Saya bilang alasan apa datang kemari, dia (oknum wartawan) bilang mau bertanya-tanya. Saya bilang mau bertanya apa, sedangkan saya dengan bapak sebelum-sebelumnya tidak pernah ketemu dengan bapak dan saya tidak lagi punya masalah dengan bapak, tidak ada apa-apa dengan bapak lalu kenapa bapak datang ke saya,” ungkap Nuraida kepada jurnalis suaranusantara.online, Selasa (30/5/2023), dua hari lalu.
Lanjut Nuraida, meski dirinya telah menyampaikan tidak ingin ditanya-tanyai, tetapi kedua oknum wartawan itu tetap bersikeras akan mewawancarainya.
“Dan dia (oknum wartawan) bilang, tetap dia akan ini (bertanya-tanya) karena ini hak dia dan ini kawasan dia. Dia bilang begitu,” jelasnya
Di tempat yang sama, mantan Kepala Desa Iyok Hata Kamuntuan mengatakan, dua orang yang datang menemui Nuraida Dg Said sebelumnya pernah bertemu dengannya. Kedua orang tersebut mengaku sebagai wartawan dari MetroTV.
“Kemarin mereka berdua datang. Mereka berdua bilang, pak ini pak dari wartawan dari metrotv. Jadi saya bilang, oh iya, berarti ada maksud,” tutur Hata.
Hata juga mengatakan, kedatangan dua orang yang mengaku wartawan itu ingin menyoal status kepemilikan sebidang tanah di kawasan wisata pantai batu buaya.
“Soal kepemilikan tanah (Sahara Talibo). Jadi itu mereka persoalkan. Mereka bilang itu surat tanah tidak benar. Jadi saya bilang, benar dan tidak benar, itu yang bisa menjatuhkan vonis nanti hakim. Karena disitu ada tandatangan saya, kepemilikan dari Sahara,” katanya.
Dikonfirmasi jurnalis media ini, Rabu (31/5/2023) sore, salah satu dari kedua wartawan tersebut enggan menanggapi kekesalan warga terhadap dia dan rekannya.
Pria yang benama lengkap Hubertus Agustinus Andes ini mengaku belum saatnya mengutarakan pendapatnya, jika harus dikonfirmasi. Pasalnya, Ia telah mengadukan kondisi yang terjadi disaat mewawancarai Nuraida Dg Said, ke pihak kepolisian.
“Masalah ini saya sudah lanjut ke Polres. Kalau soal versi dia begitu, saya tidak bisa mengatakan iya atau tidak. Setidaknya, kalau menurut statement saya, statement saya yang akan saya tuangakan dalam LP (laporan polisi) nanti. Sementara ini saya sudah adukan, saya sudah tuangkan disana. Dan kalau bapak-bapak mau perlukan itu, konfirmasi itu, disana ada sih pernyataan itu,” kata Hubertus Agustinus Andes.
“Saya rasa untuk saat ini saya ingin dikonfirmasi, saya rasa belum pas karena saya sudah adukan ke kepolisian,” sambungnya
Hubertus juga mengatakan ia dan rekannya bernama Doni tidak pernah mengaku wartawan dari MetroTV.
Hubertus mengaku saat ini ia bekerja di dua media berita, bhinkari atau Bintang Bhayabgkara Indonesia dan metrobratautama.
“Itu saya lucu sekali. Saya kan pegang dua media. Yang satu bhinkari, yang satu metrobratautama, cuma kalau biasa ditanya kami bilang metrobrata. Nah metro ini bukan cuma metrotv, ada juga metrobrata. Jadi kemungkinan salah dengar atau sudah tidak fokus, gugup atau bagaimna, ya kurang tahu,” terang Hubertus.
Hubertus menambahkan, kehadiran ia dan rekannya di Desa Loyow tidak dibayar oleh pihak manapun. Tujuan mereka dalam rangka mengkonfirmasi sekaligus memediasi persoalan kepemilikan tanah yang tengah disengketakan.
“Kita murni, karena tujuan saya cuma itu, memediasikan,” tambahnya.
Korlip Boltim : Donal